Dokumen Pribadi
Populasi eceng gondok di Sungai Sipai, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. (Foto diambil tahun 2013)
TRIBUNNERS - Tulisan ini saya buat ditengah kejenuhan menjalani studi pascasarjana dengan se-abrek tugas setiap harinya.
Saya teringat akan penelitian yang pernah saya
lakukan dua tahun yang lalu. Saya dan rekan yang saat itu masih kuliah
di program studi Teknik Kimia UNLAM, dan melakukan penelitian bersama
seorang dosen mengenai pembuatan kertas dari bahan eceng gondok.
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman gulma di wilayah perairan, dan sebagai sumber polusi.
Kalimantan Selatan sebagai daerah yang memiliki
banyak sungai, merupakan wilayah yang banyak sekali terdapat tumbuhan
ini. Eceng gondok berkembang biak dengan sangat cepat, baik secara
vegetatif maupun generatif.
Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat berlipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari (Gunawan, 2007).
Perkembangbiakkan eceng gondok yang sangat cepat
menimbulkan masalah lingkungan dan aktivitas sungai seperti menghambat
lalu lintas pada perairan, menurunkan debit air pada sungai, mengurangi
jumlah cahaya yang masuk ke dalam perairan yang menyebabkan menurunnya
tingkat kelarutan oksigen dalam air dan mempercepat proses pendangkalan.
Kehadiran eceng gondok juga menjadi tempat pembiakan yang cocok untuk
nyamuk sebagai vektor penyakit pada manusia dan hewan.
Untuk meminimalisir efek buru dari Eceng gondok
sekaligus mendapatkan manfaat dari kehadirannya, tanaman air ini dapat
kita gunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas.
Caranya, kita mengambil serat yang dihasilkan dari batang eceng gondok dengan metode chemical pulping.
Batang eceng gondok yang telah dikeringkan ditambahkan sodium chloride (NaCl) dan di digester
dalam autoclave selama waktu dan suhu tertentu. Proses ini berfungsi
untuk menghilangkan kandungan lignin dari eceng gondok tersebut.
Lignin ini dapat mengotori pulp kertas yang dihasilkan, sehingga pulp kertas
akan bewarna pekat. Setelah proses digister ini, pulp kemudian dicuci
dengan air dan NaClO. NaClO ini kami menggunakan suatu cairan pemutih
yang biasa digunakan untuk memutihkan baju. Pulp yang telah bewarna
terang kemudian dicetak pada suatu cetakan sablon dan dikeringkan di
bawah terik matahari.
Kertas yang dihasilkan memang tidak seputih kertas yang dihasilkan pada produksi kertas di pabrik. Hal ini dikarenakan proses pemutihan yang kurang efektif. Struktur kertas yang dihasilkan juga lebih mudah sobek, untuk menambah kekuatannya, kami menambahkan koran bekas yang di recycle menjadi pulp kertas ke dalam serat eceng gondok sebelum dicetak.
Walaupun eceng gondok adalah tanaman gulma dan diabaikan oleh banyak orang, sebenarnya ia memiliki banyak manfaat.
Beberapa kegunaan eceng gondok yang lain
adalah dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tangan,
bahkan sebagai sumber bahan bakar alternatif.
Sudah saatnya kita berpikir kreatif untuk
memanfaatkan sumber daya alam di sekitar kita. Apalagi sebagai warga
pulau Kalimantan yang punya sumber daya alam melimpah. Jangan hanya
bergantung pada industri pertambangan, Kalimantan memiliki sumber daya
plasma nutfah yang dapat dimanfaatkan.
Sumber daya alam yang selama ini masih
dianggap sebagai gulma dan tidak berguna, sebenarnya memiliki potensi
besar untuk menjadi sesuatu yang lebih berharga. Mari berpikir kreatif
untuk Indonesia yang lebih mandiri.